Tidak Usah Penasaran Atau Dipikirkan Kembali Mengani Sejarah Warteg,Cukup Baca Artikel Ini Bisa Mengobati Rasa Penasaran Anda !

Tidak Usah Penasaran Atau Dipikirkan Kembali Mengani Sejarah Warteg,Cukup Baca Artikel Ini Bisa Mengobati Rasa Penasaran Anda !
Tidak Usah Penasaran Atau Dipikirkan Kembali Mengani Sejarah Warteg,Cukup Baca Artikel Ini Bisa Mengobati Rasa Penasaran Anda !

eSatu.id,Cirebon– Kalian berpikir tidak sejarah warteg,karena mimin suka makan di warteng apa lagi di kota perantawan yang

namanya warteng itu salah satu warung makan yang sering di buru oleh para perantawau baik itu kalangan mahasiswa atau masyrakat umum lainya.

Jika mendengar istilah warung tegal atau biasa di singkat sebagai warteg, sudah pasti akan terbayang warung makan dengan jajaran

lauk dengan menu rumahan yang di susun dalam etalase kaca.

baca juga:Mulai Sekarang Imbangain Konsumsi Dan Bahaya Minum Jamu Tradisonal-Ini Dia Pertimbangan Nya !

Selain bisa bebas memilih lauk sesuai keinginan, warteg juga identik dengan harga makanan yang murah serta porsi sajian yang besar sehingga cukup mengenyangkan.

Kepopuleran warteg memang sudah tersohor, tak hanya di ibu kota namun kini juga sudah merambah ke berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan saat ini usaha warteg tengah naik daun dan merambah ke model bisnis waralaba (franchise).

Menarik untuk di simak, berikut ulasan sejarah kemunculan warteg yang seakan tidak gentar dan terus bertahan melewati pandemi

hingga menghadapi kondisi ekonomi dan harga pangan yang tidak menentu.

Buat kalian nih yang penasaran atau belum tahu mengenai sejarah warteg,yuk simak di sini.

Di lansir dari Kompas.com (25/10/2018), kemunculan warung tegal atau warteg di ketahui bermula di Jakarta pada sekitar tahun 1950,

saat terjadi perpindahan ibu kota Indonesia dari Yogyakarta ke Jakarta.

Kembalinya ibu kota ini di barengi dengan terjadinya arus urbanisasi, di mana penduduk di Jawa Tengah banyak yang bermigrasi ke

Jakarta.

“Sebenarnya fenomena warteg ini muncul ketika ibu kota Indonesia di pindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1950. Pada saat itu banyak masalah dan bentrok.

Lalu terjadi urbanisasi, orang-orang dari Jawa Tengah ini pindah ke Jakarta karena banyak pembangunan di Kebayoran Baru,” kata sejarawan, JJ Rizal ketika di hubungi KompasTravel, Kamis (25/10/2018).

Hal ini juga tidak terlepas dengan usaha pembangunan juga di lakukan oleh Soekarno, untuk mengubah dari Jakarta sebagai kota

kolonial ke kota nasional. “Di lanjutkan dengan pembangunan Jakarta dari ibu kota kolonial ke kota nasional.

Misalnya pembangunan Monas, Jembatan Semanggi, Tugu Pembebasan Irian, akses pelebaran jalan Thamrin,” lanjutnya,Berbarengan

dengan proses pembangunan inilah, muncul kebutuhan dari para tukang yaitu tempat untuk membeli makanan yang cepat, mudah, dan murah.

Banyak proyek besar dan dengan tempat-tempat yang berbeda membuat mulai muncul warung-warung yang mayoritas pedagangnya

berasal dari Tegal.

“Waktu itu warung-warung ini di isi oleh orang-orang Tegal, nah ini jadi warteg ini sebagai penanda karena yang berjualan orang Tegal

jadi sampai sekarang di kenal seperti itu.

Waktu itu juga banyak fenomena seperti ini, tukang cukur dari Garut makanya di kenal bahwa tukang cukur identik dengan Garut.

Ini karena banyaknya suatu etnis yang melakukan pekerjaan tersebut,” jelas Rizal. Sejarawan Fadly Rahman juga menjelaskan bahwa

mayoritas orang Tegal yang merantau saat itu adalah pekerja kasar yang berprofesi sebagai kuli bangunan.

Mereka yang melakukan urbanisasi kemudian turut membawa serta istri dan keluarga ke Jakarta. Awalnya makanan yang di jual di

warteg hanya membidik kalangan blue collar atau pekerja yang tak punya keterampilan khusus.

“Waktu itu, mereka bawa serta istri kemudian istri-istri ini jual makanan. Awalnya memang untuk kalangan blue collar yah, yang

ekonomi ke bawah. Lalu kemudian warteg ini meluas persebarannya,” .

Itu dia sejarah dari warung tegal yang banyak berjualan di pinggir jalan,jadi saat itu terlintas di pikiran anda,apa sih sejarah warung

tegal saat itu anda sudah tahu dengan membaca artikel ini atau yang lainnya.