eSatu.id,Cirebon-siapa di sini yang suka makan pedas,ya makanan pedas itu sangat enak sekali apalagi di makan di kala pikiran lagi kurang baik,pasti kalian juga suka makan begitu kan ya.
Sebelumnya kita akan membahas mengani sejarah cabai ,Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang paling banyak di manfaatkan sebagai bumbu dalam berbagai jenis masakan khas Nusantara.
Meski bukan kebutuhan pokok, komoditas ini hampir pasti di butuhkan bagi masakan khas tiap daerah di Indonesia. Menjelang perayaan hari besar seperti Lebaran dan Tahun Baru, permintaan komoditas cabai biasanya meningkat dan berdampak pada kenaikan harga.
baca juga:Biar Tidak Gagal dan Hasil Maksimal ,Yuk Cari Tahu Jarak Tanam Cabai Yang Sesuai Ketentuan .
Alhasil, cabai menjadi salah satu komoditas yang masuk dalam kelompok pembentuk inflasi. Kenaikan harga komoditas ini berdampak pada inflasi sehingga bisa menurunkan daya beli masyarakat dan berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Berbagai upaya di lakukan pemerintah untuk menstabilkan pasokan dan meredam kenaikan harga cabai antara lain dengan mengadakan buffer stock berupa standing crop di wilayah-wilayah daerah penyangga.
Mengedukasi masyarakat untuk mengkonsumsi cabai olahan, sehingga tidak tergantung kepada cabai segar, dan menggerakkan masyarakat untuk bertanam cabai di pekarangan.
Sejarah
Tanaman cabai (Capsicum) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari daerah tropika di benua Amerika, khususnya di Peru, Colombia, Amerika Selatan, dan kemudian menyebar ke Amerika Latin.
Cabai sudah di budidayakan lebih dari 5.000 tahun lalu. Hal itu berdasarkan bukti yang di temukan dalam penggalian sejarah Peru dan Meksiko di mana di temukan sisa-sisa biji tanaman itu yang telah berumur lebih dari 5000 tahun.
Tanaman ini banyak di temukan dan di tanam di Amerika Tengah dan Amerika Selatan oleh berbagai peradaban sebelum era Columbus.
Tanaman cabai kemudian menyebar ke seluruh Eropa setelah di bawa oleh rombongan Christopher Columbus pada waktu penemuan benua Amerika abad ke-15.
Pada saat rombongan Colombus kembali ke Eropa, mereka membawa benih cabai ke Spanyol pada 1493 dan mulai di tanam di Eropa.
Tanaman yang buahnya pedas ini kemudian menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara pada abad ke-16. Tanaman yang rasa buahnya pedas itu di bawa pelaut Portugis dan Spanyol yang datang ke kawasan itu.
Di Benua Amerika, tanaman genus Capsicum ini bernama Chili dan di serap ke dalam kosakata Bahasa Inggris dengan nama Chili. Sementara di Indonesia, tanaman itu dinamakan cabai karena masyarakat Nusantara telah mengenal tanaman bernama cabya yang memiliki nama latin Piper Retrofractum Vahl yang rasanya pedas.
Cabya merupakan jenis tanaman dari genus lada dan sirih-sirihan yang punya sifat sebagai rempah pemedas untuk mengolah makanan.
Pada masa kuno, cabya banyak tumbuh di wilayah Jawa dan masyarakat setempat menyebutnya sebagai cabe jawa atau cabai atau lombok.
Kemudian masuk tanaman cabai yang di bawa orang-orang Eropa ke tanah Jawa. Kemudian tanaman genus Capsicum ini di budidayakan secara masif di Nusantara.
Banyaknya masyarakat yang menanam Capsicum ternyata menyebabkan turunnya popularitas cabya jawa. Masyarakat Nusantara sendiri umumnya lebih memilih menyukai Capsicum dan menjadi bahan bumbu masakan pemedas primadona baru di Nusantara dan kemudian disebut sebagai cabai.
Secara taksonomi, cabai termasuk ke dalam jenis terung-terungan (solanaceae) dengan tinggi pohon sekitar 50 cm. Batang pohon cabai merupakan jenis batang yang banyak bercabang.
Daun cabai berwarna hijau, bunga berwarna putih berbentuk terompet. Buah cabai berwarna hijau tua atau hijau kekuningan jika masih muda dan berwarna merah jika sudah masak.
Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima di antaranya telah di budidayakan, yaitu C. annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense.
Di antara lima spesies tersebut, yang paling banyak di usahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah besar dan keriting), kemudian C. frutescens (cabai rawit).
Tiga jenis cabai yang bercita rasa pedas itu hingga kini masih menjadi primadona bumbu masakan masyarakat Indonesia.
Bagian dari tanaman cabai yang di gunakan biasanya adalah buahnya yang dapat di golongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung penggunaannya. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, cabai sangat populer sebagai penguat rasa makanan.
Di beberapa daerah di Indonesia, cabai memiliki sebutan yang berbeda-beda. Contohnya seperti cabe dan cengek (Sunda), lombok (Jawa), cabhi (Madura), campli (Aceh), lasina (Batak Karo), lado (Minangkabau), tabia (Bali), sebia (Sasak/Lombok), rica (Manado), bisa (Sangir), lada (Makasar), siri (Ambon), maricang (Halmahera), rica lamo (Ternate Tidore), maresen (Papua Barat), riksak (Papua Barat).
Itu dia sejarah cabai yang mungkin bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahui kita,salam membaca.