esatu.id- Setiap orang di antara kita mengenal merek Tupperware. Merek perabot dan wadah ini di sukai oleh ibu-ibu dan semua anggota keluarga. Pada kenyataannya, banyak orang menerima tatapan tajam dari ibu jika Tupperware kesayangan mereka hilang.
Merek Tupperware memiliki sejarah yang panjang nyaris sama dengan usia Indonesia merdeka!
1. Sejarah dari Tupperware
Tupperware pertama kali muncul pada tahun 1946 ketika seorang ahli kimia bernama Earl Tupper membuat kontainer polietilen yang ringan dan tidak mudah pecah. Tupperware terinspirasi dari desain kaleng cat rapat.
Pada 1947, majalah TIME bahkan menyebutkan barang temuan Earl Tupper ini sebagai plastik yang dapat menahan hampir semua hal. Bahkan, House Beautiful pun mengagumi desainnya yang sederhana, tetapi menarik, melansir How Stuff Works.
Tupperware dulu tidak tersedia di toko, meskipun telah di promosikan oleh media. Ada alasan yang berbeda. Pelanggan menghadapi kesulitan dan membutuhkan demonstrasi untuk memahami cara menggunakan produk merek ini karena terlalu inovatif.
Stanley Home Products melihat potensi Tupperware dan mulai memamerkan produknya di pesta dagangan Hostess Group Demonstrations. Selain itu, popularitas Tupperware meningkat setelah di kenalkan oleh seorang ibu tunggal Detroit.
Baca Juga: Inilah 5 Trik untuk Membersihkan Tempat Makan Tupperware Lebih Awet
Brownie Wise adalah orang yang kemudian di tunjuk oleh Earl Tupper sebagai manajer penjualan utama Tupperware. Wise memperkenalkan Tupperware karena keahliannya sebagai tuan rumah pesta.
Wise menekankan bahwa shower cap sekarang tidak lagi di perlukan untuk menutupi piring sisa makanan. karena ada wadah Tupperware yang dapat di kunci dan mengeluarkan udara darinya.
Bahkan menunjukkan bahwa Tupperware tidak bocor dengan membalikkan wadah secara tertutup. Selain itu, dia menjatuhkan mangkuk plastik untuk menunjukkan ketahanannya.
2. Tupperware setelah Perang Dunia II
Sejarah Tupperware terus berubah setelah perang. Merek ini di ubah oleh Wise menjadi pilihan gaya hidup yang menarik bagi wanita kelas menengah. Banyak orang meninggalkan kota untuk hidup di pinggiran setelah Perang Dunia II berakhir.
Para ibu menghabiskan waktu untuk menjaga anak-anak mereka dan pasangannya yang veteran. Wise mengakui bahwa para wanita tersebut tidak hanya pelanggan tetapi juga tenaga penjualan yang kuat.
Wise mengembangkan Tupperware Home Party setelah menyadari bahwa peluang bekerja bagi ibu rumah tangga sangat sedikit. Secara sederhana, mereka menjadi reseller Tupperware di daerah mereka. Perayaan penjualan Tupperware Jubilee tahunan di rancang untuk meningkatkan penjualan.
Pergolakan sosial terjadi pada tahun 60-an, dan peran keluarga berubah. Banyak perempuan melakukan dua pekerjaan sekaligus: menjaga anak dan bekerja. Selain itu, Tupperware terus mengembangkan produk baru, seperti rak penyimpanan, meja traveling, dan wadah lainnya.
Teknologi Tupperware terus berkembang. Produk merek ini terus mengikuti tren. Di antaranya adalah mainan Shape-O inovatif yang membantu perkembangan kognitif dan sensorik anak.
Tupperware meluncurkan seri Microwave Reheatables dan TupperWave, yang dapat di gunakan untuk menghangatkan makanan secara langsung, mengikuti tren oven microwave yang semakin populer di dapur.
Baca Juga: Inilah 5 Cara Sederhana untuk Membersihkan Botol Minum Tupperware
3. Tupperware, dari primadona hingga terancam bangkrut
Tupperware mengikuti tren popularitas sejak tahun 1958. Hubungan antara Brownie Wise dan kreator Earl Tupper pada waktu itu memburuk. Tupper menjadi pemalu di media, sedangkan Wise menjadi lebih populer bahkan menjadi wajah merek tersebut.
Meskipun Tupperware di tujukan untuk ibu rumah tangga, Tupper menolak untuk menekankan feminitas sebagai merek. Wise juga di pecat oleh Tupper dan dewan Tupperware yang terdiri sebagian besar dari laki-laki.
Pada tahun yang sama, sang kreator sendiri memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Pada saat itu, Earl Tupper menjual bisnisnya kepada Rexall Drug, yang kemudian menjadi Dart Industries seharga 16 juta dolar AS.
Perusahaan Tupperware mengalami penurunan penjualan setelah menjadi sangat populer selama lebih dari tujuh puluh tahun. Perusahaan tersebut berpotensi gulung tikar, karena sahamnya turun hampir 49% pada 10 April 2023.
Keadaan ini di sebabkan oleh tantangan ekonomi bisnis internal dan eksternal, menurut sumber yang sama. Sampai saat ini, CEO Tupperware telah berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi dampak.
Jika Tupperware benar-benar harus menghentikan operasinya, banyak ibu-ibu mungkin bersedih. Meskipun demikian, fakta bahwa sejarah Tupperware hampir universal tidak dapat di pungkiri.