OJK Pastikan Meski Pertumbuhan DPK Bank Melambat, Likuiditas Masih Aman

OJK Pastikan Meski Pertumbuhan DPK Bank Melambat/ANTARA News
OJK Pastikan Meski Pertumbuhan DPK Bank Melambat/ANTARA News

esatu.id – Dana pihak ketiga (DPK) telah menurun, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per November 2023, DPK hanya tumbuh 3,04% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.216 triliun, padahal bulan sebelumnya 3,43% yoy.

Menurut Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, perlambatan ini di sebabkan oleh pertumbuhan DPK yang tinggi selama pandemi dan kemudian, karena peningkatan konsumsi masyarakat, perusahaan menggunakan dana internal untuk berkembang.

Baca juga : Aturan Baru Terkait Perlindungan Konsumen, OJK Terbitkan 11 Point Pentingnya

“Dan dampak banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK,” katanya dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komsioner Desember 2023, Selasa (9/1/2024).

Karena itu, Dian menyatakan likuditas perbankan tetap dalam kondisi yang memadai. Rasio alat likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) turun 115,73% dari bulan sebelumnya 117,29%.

OJK Pastikan Likuiditas Masih Aman Meski Pertumbuhan DPK Bank Melambat

Kemudian, rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) turun 26,04% dari bulan sebelumnya 26,36%. Jasmin, Direktur Distribusi dan Dana BTN, menyatakan bahwa pertumbuhan DPK di BTN sebanding dengan industri. Era suku bunga acuan yang tinggi menyebabkan hal ini.

“Kondisi BTN sama dengan industri. DPK sangat ketat saat ini, semua bank mulai menaikkan rate, di picu suku bunga acuan yang naik menjadi 6%, penerbitan instrumen surat berharga Baik BI (SRBI, SVBI) maupun pemerintah (SBN), yang membuat likuiditas ketat,” kata Jasmin, Selasa (9/1/2024).

Baca juga : Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI di Tengah Perlambatan Ekonomi Global di Ungkap Oleh Bos OJK, Begini Keterangannya

Menurut PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), likuiditas ketat saat ini memengaruhi sektor tersebut. Presiden Direktur BNGA Lani Darmawan mengatakan DPK di bank swasta yang ia pimpin tumbuh sekitar 6%.

Bank CIMB Niaga, menurutnya, mempertahankan rasio pinjaman terhadap simpanan untuk menghadapi pengetatan likuditas.

“Market memang terlihat ketat di likuiditas karena DPK yang tetap tumbuh tapi relatif kecil. DPK kami tumbuh sekitar 6%. Kami jaga likuiditas di LDR yg sehat sekitar 85%an,” ujar Lani.