eSatu.id,Cirebon– Terkadang kita berpikir ikhlas saja,tetapi sebetulnya dalam prakteknya sifat atau ciri ciri sifat ikhlas itu sulit banget di lakukan mungkin awal nya itu tidak dipungkiri keterpaksaan sampai akhirnya kebiasan dan timbul lah rasa nyaman dan ikhlas.
Ciri Sifat Ikhlas di sini adalah menghendaki keridhaan Allah dengan suatu amal, membersihkan dari segala noda individual maupun duniawi.
Amal yang kita lakukan akan di terima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni dan hanya mengharap keridhaan Allah SWT. Kedua, amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi SAW.
baca juga:Belajar 3K Yuk, Yakni Kerja Keras,Kerja Cerdas,Kerja Ikhlas,Yuk Simak Di Sini !
Tentang dua syarat tersebut, Allah SWT menerangkannya di sejumlah ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini. “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh….” (Luqman: 22).
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa: 125).
Yang di maksud dengan “menyerahkan diri kepada Allah” di dua ayat di atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata.
Sedangkan yang di maksud dengan “mengerjakan kebaikan” di dalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah kita bisa mengenali ikhlas? Bagaimanakah ciri-cirinya?
Ada delapan ciri-ciri keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah:
1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, “Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak di kenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
2. Ikhlah ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang di bebankan Allah SWT, karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang di kerjakannya.
Sebaliknya, ia cemas apa-apa yang di lakukannya tidak diterima Allah SWT karena itu ia kerap menangis.
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya di ketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon.
Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah di tempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah SAW melukiskan tipe orang seperti ini dengan perkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah, sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang.
Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah SWT.
5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah SWT.
Di sinilah keikhlasan kita di uji. Memilih keridhaan Allah SWT. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.
6. Ikhlas pada saat Anda cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda.
Jika mereka di beri sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak di beri sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan di uji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat di uji.
Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.
8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita.
Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang di pikulnya.
Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
Maka di dalam kita beramal, hendaknya tidak pernah memperhatikan pandangan manusia terhadap amalnya. Sebaliknya, ia harus mampu beramal secara konsisten, baik di kala ramai maupun sepi beramal tanpa mengharapkan pujian manusia. Wallahu’alam.
Itu dia beberapa sifat ikhlas,sebetulnya mimin menulis ini juga,mimin beljaar untuk lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan apapun yang di hadapi saat ini,untuk itu kita sama sama belajar.