Jusuf Kalla Sebut Amerika dan Eropa Tahu Data Pertahanan RI : Apa yang Harus di Rahasiakan Kalau Hanya Alutsista?

Jusuf Kalla Sebut Amerika dan Eropa Tahu Data Pertahanan RI/Viva
Jusuf Kalla Sebut Amerika dan Eropa Tahu Data Pertahanan RI/Viva

esatu.id – Presiden Joko Widodo tidak setuju dengan Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa data pertahanan tidak dapat di akses secara keseluruhan.

Menurutnya, data pertahanan di rahasiakan untuk negara lain; namun, negara-negara besar sudah tahu tentang data pertahanan Indonesia.

“Apa Anda enggak tahu, beli pesawat dua, dia tahu di Amerika, di Eropa. Kita beli tank, tahu itu orang,” ujar Kalla di kediamannya, Jalan Brawijaya Raya No.6, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).

Dia percaya bahwa data pertahanan yang di pertanyakan selama debat calon presiden (capres) pada hari Minggu (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta, tidak perlu di sembunyikan.

Baca juga : Profil Anies Baswedan: Pendidik dan Pemimpin Berwawasan

Sebabnya, pada setiap Hari Ulang Tahun (HUT) TNI yang jatuh pada 5 Oktober, alutsista juga sering di pamerkan di depan umum.

Dia berpendapat bahwa publik harus mendapatkan akses ke data untuk mengetahui bagaimana anggaran di gunakan untuk pertahanan.

Penjelasan Jusuf Kalla Mengenai Data Alutsista yang Harus di Ketahui Rakyat

“Jadi tidak ada yang perlu di sembunyikan di keadaan sekarang. Apanya rahasia sebenarnya? Rakyat harus tahu berapa negeri beli (alutsista) ini, berapa pajak mereka yang di berikan, di kemanakan, rakyat mesti tahu,” papar dia.

Terakhir, Kalla menekankan bahwa meminta informasi tentang pertahanan dalam debat tidak merugikan.

Baca juga : Profil Prabowo Subianto: Panglima TNI Berkepribadian Kuat dan Pengalaman Luas

“Beli kapal selam langsung dan baru pesan oh sudah tahu (negara lain). Mau tipenya ini, oh tipenya ini, kan tidak ada dalam republik ini rahasia yang harus di sembunyikan. Semua tahu. Jadi kalau kita ingin tahu kenapa (di tutupi)?” ucap dia.

Dalam debat kandidat presiden Minggu malam, Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 2, dan Anies Baswedan, calon presiden nomor urut 3, menolak untuk memberikan data pertahanan yang di pertanyakan.

Presiden Joko Widodo kemudian menyatakan bahwa data pertahanan tidak dapat di buka sepenuhnya karena merupakan rahasia negara.