Inovasi Sedotan Ramah Lingkungan dan Bisa di Makan, Ini Dia Sedotan Tepung.

eSayu.id,Cirebon-siap di sini yang suka makan es pasti tahu dong yang namanya sedotan,iya betul sekali,sedotan itu banyak sekali jenisnya,sekarang mimin akan memebahas mengenai sedotan tepung.

Sebelumnya kita akan membahas mengenai sedotan plastik,Sedotan plastik merupakan jenis sampah plastik yang banyak di temukan di tempat pembuangan sampah.

Meski ada inovasi membuat sedotan dari bambu hingga kertas, namun sedotan berbahan plastik masih banyak di gunakan.

baca juga:fungsi bulu mata mencegah menempelnya kelopak mata menghasilkan lemak berbentuk seperti minyak .

baca juga:5 Khasiat Daun Kelapa untuk Kesehatan yang Luar Biasa

Kondisi ini menjadi alasan di buatnya sedotan berbahan tepung beras dan tapioka yang bisa di makan, oleh empat mahasiswa Universitas Surabaya [Ubaya]. Sedotan ini juga mudah di serap tanah bila langsung di buang.

dan sedotan plastik juga memiliki kekuarangan yang salah satunya sebagai berikut :

  • Sedotan plastik merupakan jenis sampah plastik yang banyak di temukan di tempat pembuangan sampah.
  • Meski ada inovasi membuat sedotan dari bambu hingga kertas, namun sedotan berbahan plastik masih banyak di gunakan.
  • Kondisi ini menjadi alasan dibuatnya sedotan berbahan tepung beras dan tapioka yang bisa dimakan, oleh empat mahasiswa Universitas Surabaya [Ubaya].
  • Pemakaian tepung beras dan tapioka, menjadikan sedotan ini bertekstur keras. Sedotan ini mampu bertahan di ruang terbuka selama 40 hari. Sedangkan setelah di gunakan pada minuman di gelas atau botol, dapat bertahan sekitar 3-5 jam.

Sedotan plastik merupakan jenis sampah plastik yang banyak di temukan di tempat pembuangan sampah.

Meski ada inovasi membuat sedotan dari bambu hingga kertas, namun sedotan berbahan plastik masih banyak di gunakan.

Kondisi ini menjadi alasan di buatnya sedotan berbahan tepung beras dan tapioka yang bisa di makan, oleh empat mahasiswa Universitas Surabaya [Ubaya]. Sedotan ini juga mudah di serap tanah bila langsung di buang.

“Kami berpikir untuk membuat sedotan yang bisa di konsumsi atau mudah diserap lingkungan,” papar Alfian Dwi Wahyudi, baru-baru ini.

Bersama tiga temannya, yaitu Clarence Rex Maximilian H, Natasya Octavia, dan Yemima Destaliza Samantha, sedotan tepung ini di namakan StrawBite.

Karya tersebut telah di pamerkan pada Pagelaran Ubaya Innovaction Festival [UNNO FEST] Vol. 02 pada 13-15 Juni 2023, di Plaza Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya, Tenggilis.

Pemakaian tepung beras dan tapioka, menjadikan sedotan ini bertekstur keras. Butuh sekitar 25-30 menit untuk membuat sepuluh sedotan StrawBite dengan panjang 23 sentimeter  dan diameter 1,5 milimeter.

Alfian mengatakan, sedotan ini mampu bertahan di ruang terbuka selama 40 hari. Sedangkan setelah di gunakan pada minuman di gelas atau botol, dapat bertahan sekitar 3-5 jam.

“Sedotan ini tidak ada rasa, jadi tidak mempengaruhi minuman.”

Clarence Rex Maximilian menambahkan, produk buatan timnya ini akan terus di sempurnakan. Terutama, dengan menciptakan varian bentuk dan warna.

“Rencananya, akan di kembangkan menjadi produk lebih baik lagi, lebih ramah lingkungan. Di harapkan, dapat mengurangi persoalan sampah plastik yang saat ini menjadi persoalan kita bersama,” imbuhnya.

Ramah lingkungan

Kepala Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya, Dr. Aloisiyus Yuli Widianto, mengatakan karya mahasiswa yang memanfaatkan green material ini masih dapat di kembangkan. Selain itu, pemanfaatan pewarna alami dapat di terapkan, sehingga semakin baik dan ramah lingkungan.

“Bisa memanfaatkan pewarna alami dari buah-buahan, sehingga tidak lagi memakai pewarna sintetis.”

Kedepan, kata Aloisiyus, produk ramah lingkungan dapat menggantikan bahan pembuat plastik melalui sejumlah riset dan uji coba. Bahan dari pangan menjadi alternatif guna menciptakan plastik alami yang bisa di degradasi oleh alam.

Dengan demikian, plastik dari bahan fosil dapat di kurangi keberadaannya.

“Dari senyawa pha, poli hidroksi alkanoat. Dan phb, poli hidroksi butirat. Jadi, dengan memanfaatkan tanaman bisa menghasilkan biji-biji plastik. Di hasilkan dari tanaman, bisa di degradasi oleh alam juga,” terangnya.